Ada dua buah Pabrik gula di Kabupaten malang, PG Kebon Agung dan PG Krebet Baru (populer dengan sebutan PG Krebet),
yang berdiri pada 1906. PG Krebet Baru didirikan pemerintah Hindia Belanda lalu
dibeli Oei Tiong Ham Concern (OTHC), yang kerap disebut sebagai
konglomerasi pertama di Indonesia.
Pada masa perang kemerdekaan, PG Krebet mengalami rusak parah. Di 1953, dengan kerjasama Bank Industri Negara, OTHC menghidupkan kembali pabrik gula ini. Namun pada 1961, pemerintah Indonesia mengambil alih semua aset OTHC, termasuk PG Krebet. Pabrik tetap dioperasikan dibawah pengawasan ke Jaksa Agung. Baru pada 1964 pabrik ini diserahkan ke Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan (P3). Oleh Menteri Urusan P3, yang sekarang jadi Kementerian Keuangan, seluruh aset dilimpahkan ke PT Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia, yang sekarang dikenal sebagai PT Rajawali Nusantara Indonesia.
Dengan nuansa berbeda, PG Kebon Agung juga 'jatuh ke tangan pemerintah.' Pada 1932, PG Kebon Agung disita oleh de Javasche Bank Malang (sekarang Bank Indonesia cabang Malang) dan seluruh sahamnya akhirnya dipegang --sampai sekarang-- oleh Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia. Pengelolaannya sekarang ditangani PT Kebon Agung.
PG Krebet Baru sekarang tak ditangani langsung oleh RNI, melainkan diserahkan ke salah satu anak perusahaannya: PT Pabrik Gula Rajawali I, yang bermarkas di Surabaya. Selain mengelola PG Krebet Baru, anak perusahaan ini juga mengelola PG Rejo Agung Baru yang berada di Madiun, yang usia sangat jauh lebih tua: berdiri pada 1894. PG Rejo Agung Baru bertetanggan dengan pabrik kereta api PT Inka.
Pada 1976, pabrik gula lain dibangun di area PG Krebet Baru, dan disebut PG Krebet Baru II. Kapasitas pabrik baru ini sebesar 3.000 TCD (tonne sugar cane crushed per day). Niatnya, pabrik baru ini dijadikan pengganti pabrik lama yang berkapasistas 2.000 TCD. Tapi gubernur Jatim saat itu meminta agar PG Krebet yang asli tetap dioperasikan. Sekarang, pabrik yang tua malah lebih tinggi produksinya: 6.500 TCD vs 5.500 TCD.
Selain memproduksi gula, PT PG Rajawali I juga membuat pupuk organik untuk tanaman tebu dari blotong atau limbah dari stasiun pemurnian. Hal yang sama dilakukan di PG Rejo Agung Baru di Madiun. Bahkan di Madiun, ampas tebu (bagasse) juga diproses lebih lanjut menjadi particle board.
Pesan Tersirat :
Sumber : indoplaces*com
Check
Anda dapat mengirimkan foto/ Artikel tentang daerah anda kirmkan melalui email ke malangkab@mail.com
Tidak ada komentar: