Percakapan
NitNot ❘
@Leonita_lestari
BOLEH DONG MINTA FOTONYA
.
Kisah Nyata
.
Ditulis oleh ALIYA
Seorang boss pemilik bank, dan kaya raya.
Tetapi diusia nya yang sudah sepuh, ia hidup sendiri dan jarang di temui oleh anak- anak karena mereka tinggal jauh di luar negeri.
Suatu hari, aku ajak bapak tersebut ke Rumah Singgah Anak Yatim, namun setelah acara selesai, mulut Sang Bangkir bergumam ....
" Hehh kamu bohong, katamu kalau aku mau main kesini, hatiku pasti bahagia & bisa tersenyum"
"Masa sih Om, suasana hati gak berubah melihat adik - adik kecil yg akan meneruskan perjalanan akan datang utk bangsa dan daerah kita" seloroh saya sambil berjalan beriringan dengannya.
Dengan langkah lesu, tanpa bicara kembali ke mobil untuk kembali pulang. langkah kami terhenti saat mendengar suara anak perempuan yang berumur sekitar 7 tahunan, berteriak memanggil namaku. "Ada apa dik?" tanyaku.
"Kak boleh gak aku berkenalan dengan Om ini?"kata adik kecil itu.
"Boss ada adik kecil yang ingin kenal nich" kataku dengan cepat.
Adik kecil itu lalu bilang "Om mau pulang yach ...?
Om boleh tidak Dewi minta sesuatu ..?"
Sang Bankir itu tersenyum. Aku sudah deg-deg an setengah mati.
Bankir ini lama tidak tersenyum.
"Orang kaya apa, sih yang tidak bisa dibelinya apalagi dengan permintaan Dewi si anak kecil ini," gumamku.
" Memangnya kamu mau minta apa...?" tanya si Bankir tersebut.
" Om ...boleh gak Dewi panggil Om Ayah ?"
" Boleh dong boss," seru saya.
Sang Bankir kaget memandangku, dan bergumam lirih seakan tenggorokannya tercekat, ia berkata "Anak muda, ternyata adik kecil mu bukan minta boneka atau gadget, atau uang yang bisa membuat dia beli sesuatu..."
Tanpa terasa bankir ini memelukku. Kami memang kita sering interaksi seperti ini, beliau seperti Bapakku sendiri, seketika pecah tangis kita berdua
" Tuhan, Alhamdulillah luluh juga hati si Bankir tersebut ...," aku mengucap syukur dalam hati.
Dengan suara bergetar dia bertanya "Nama kamu siapa gadis kecil?"
"Dewi Om..." jawab si gadis kecil.
" Boleh Dewi, boleh banget panggil aku Ayah."
Si Bankir ini membungkukkan tubuhnya kesaya yang sedang memeluk Dewi.
" Terimakasih Ayah..." Ucap Dewi dgn memeluk kaki si Bankir.
Si Bankkir pun langsung mengangkat Dewi ke pelukannya...
Dalam pelukan sang bankir, Dewi berkata "Ayah ada permintaan satu lagi, boleh ya...?"
"Apa itu Dewi?" ia bertanya sambil menurunkan Dewi dari pelukan nya.
"Dewi Om..." jawab si gadis kecil.
" Boleh Dewi, boleh banget panggil aku Ayah."
Si Bankir ini membungkukkan tubuhnya kesaya yang sedang memeluk Dewi.
" Terimakasih Ayah..." Ucap Dewi dgn memeluk kaki si Bankir.
Si Bankkir pun langsung mengangkat Dewi ke pelukannya...
Dalam pelukan sang bankir, Dewi berkata "Ayah ada permintaan satu lagi, boleh ya...?"
"Apa itu Dewi?" ia bertanya sambil menurunkan Dewi dari pelukan nya.
" Nanti biar temenku ini yang atur waktu untuk kita"
Si bankir berkata lebih lanjut
Aku bertanya pada Dewi, apa yang minta dari ayah, dan Dewi berkata "Ayah... Dewi boleh kan minta Foto Ayah. Nanti kalau Ayah kesini lagi jangan lupa bawa foto Ayah satuuu saja..."
"Dewi buat apa selembar foto ayah..?
"Mau aku simpan di samping tempat tidurku, kalau malem sebelum tidur akan aku cium dan bila kangen bisa bicara dengan foto Ayah."
Aku melihat bulir air mata menetes dari kedua mata si bankir tersebut.
Si bankir berkata lebih lanjut
Aku bertanya pada Dewi, apa yang minta dari ayah, dan Dewi berkata "Ayah... Dewi boleh kan minta Foto Ayah. Nanti kalau Ayah kesini lagi jangan lupa bawa foto Ayah satuuu saja..."
"Dewi buat apa selembar foto ayah..?
"Mau aku simpan di samping tempat tidurku, kalau malem sebelum tidur akan aku cium dan bila kangen bisa bicara dengan foto Ayah."
Aku melihat bulir air mata menetes dari kedua mata si bankir tersebut.
"Sungguh mulia hatimu Dewi....., besok ayah akan datang lagi dan membawakan selembar foto ayah untukmu, anakku," katanya sambil memeluk gadis kecil itu.
"Dan kita akan sering bertemu. Ayah akan lebih sering menemui, Dewi senang?"
Mendengar janji sang ayah, Dewi meloncat-loncat bahagia, begitu pun si Bankir - sang ayah- yang akhirnya bisa tertawa lepas dan bahagia.
"Dan kita akan sering bertemu. Ayah akan lebih sering menemui, Dewi senang?"
Mendengar janji sang ayah, Dewi meloncat-loncat bahagia, begitu pun si Bankir - sang ayah- yang akhirnya bisa tertawa lepas dan bahagia.
"Ternyata bahagia bukan saat si bankir memiliki harta berlimpah, tapi saat bisa mengasihi atau memberi kasih untuk orang lain, meski itu hanya sebuah kasih dan perhatian." Gumamku dalam hati dalam tangis haru.
Ada kata bijak yang berkata :
"KEKAYAAN TERMAHAL ADALAH KETENANGAN HATI, PEACE AND LOVE"
Tidak ada komentar: